PRESPEKTIF PENGEMBANGAN KOTA BANYUMAS SEBAGAI KAWASAN MINAPOLITAN

KAWASAN AGROPOLITAN : Menurut UU Penataan Ruang No 26/2007, didefinisikan sebagai kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis.
KAWASAN MINAPOLITAN berdasarkan turunan kawasan Agropolitan : adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi perikanan dan pengeloaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem minabisnis.
Terkait potensi perikanan di Kabupaten Banyumas, Mardjoko menguraikan, lahan budidaya perikanan seluas 12.000 Ha dengan pemanfaatan hingga saat ini baru mencapai : 409 Ha untuk budidaya kolam pembesaran, 175 Ha untuk lahan Minapadi dan 81,3 Ha untuk budidaya pembenihan. Potensi lahan tersebut juga didukung dengan sarana pengairan berupa irigasi primer sepanjang 464.028 meter dan irigasi sekunder sepanjang 334.580,6 meter. Dengan memanfaatkan potensi tersebut, lanjut Mardjoko, hingga Bulan Oktober 2010 telah dicapai produksi ikan konsumsi sebesar 4.209,4 ton dan produksi benih mencapai 135.912.460 ekor. Dari capaian tersebut 33,7% produksi ikan konsumsi atau 1.417,32 ton adalah gurami, dan sekitar 32,5% produksi benih atau 44.166.610 ekor adalah benih ikan gurami. Sementara produksi telur gurami di Kabupaten Banyumas mencapai 17.460.590 butir setiap minggunya.
Keberhasilan tersebut kata Mardjoko tidak terlepas dari peran Sumber Daya Manusia dan kelembagaan pelaku usaha perikanan di Kabupaten Banyumas, yaitu terdiri dari 20.715 rumah tangga perikanan dengan 173 Pokdakan, 8 Kelompok Wanita Tani, 11 Unit Pengolahan Ikan, serta 4 Balai Benih Ikan, UPP Mina Mas, Koperasi Mina Banyumas, P3A Dharma Tirta, 3 Pasar Ikan, 12 Pasar Tradisional dan 2 Perguruan Tinggi yang memiliki Fakultas Peternakan/Perikanan.
Istilah Kebang Cirawas merupakan perpaduan dari nama Kedungbanteng, Kembaran, Kemrajen, Baturaden, Sumbang, Ajibarang, Cilongok, Sokaraja, Karanglewas dan Sumpiuh

Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Banyumas berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor Kep. 41/Men/2009 tentang Penetapan Lokasi Minapolitan. Sedangkan penetapan 10 Kecamatan sebagai Lokasi Kawasan Minapolitan didasarkan pada Surat Keputusan Bupati Banyumas Nomor 523/241/2008 tentang Penetapan Lokasi Program Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Banyumas Tahun 2009-2014 sebagaimana telah diubah dengan Surat Keputusan Bupati Banyumas Nomor 523/673/2008 tentang Perubahan Atas Keputusan Bupati Banyumas Nomor 523/241/2008 tentang Penetapan Lokasi Program Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Banyumas Tahun 2009-2014.

Kawasan Minapolitan di Kabupaten Banyumas mengandalkan produk unggulan yaitu ikan gurame yang sudah sejak lama menjadi keunggulan perikanan Banyumas.
Pangsa pasar meliputi wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, dan luar Jawa. Dengan dukungan sumber daya alam potensial yang meliputi topografi, kelerengan, jenis tanah, dan sumber daya air. Juga dukungan tenaga kerja dan kelembagaan, yaitu:
Tenaga kerja: Pembenihan 4.330 orang, pembesaran 13.860 orang, minapadi 2.344 orang, nelayan 346 , pengolahan 194 orang
Kelembagaan: 104 kelompok pembudidaya ikan (pokdakan), 6 unit pengolahan ikan, unit pelayanan pengembangan Mina Mas, Koperasi Mina Banyumas
Letak posisi dari Kawasan Minapolitan sangat strategis dan mudah dijangkau, yaitu dilalui jalur selatan dan jalur tengah Provinsi Jateng serta berbatasan dengan Provinsi Jabar. Kecamatan Sumpiuh sebagai gerbang masuk dari arah Provinsi DIY dan Jatim, sedangkan Kecamatan Sokaraja gerbang masuk dari arah Semarang, dan merupakan titik pertemuan jalur transportasi menuju ke Jabar, DKI dari jalur selatan dan tengah Provinsi Jateng.

Saprolegniasis (penyakit pada telur gurami)


Saprolegniasis merupakan jenis penyakit jamur yang sering menyerang telur gurami, umumnya jenis penyakit ini menjangkit telur gurami setelah media hidup terinveksi bakteri dan parasit (Argulus, Lernea, Trichodina dan sebagainya). penyakit saprolegniasis merupakan jenis jamur yang hidup di perairan tawar.


Pada telur yang terserang saprolegniasis akan terlihat seperti dilapisi kapur. terlihat seperti kapur yang sebenarnya adalah sekumpulan mycelium yang tampak seperti gumpalan benang halus/kapas.
penanggulangan penyakit saprolegniasis dapat dilakukan dengan perendaman telur bersama antiseptik betadine 1% selama 10 menit. namun demikian hal tersebut tidak menjamin telur akan menetas dengan baik, oleh karna itu perlu dilakukan pencegahan sebelum terjangkit yaitu dengan perlakuan yang baik pada kolam sebelum di tebar dan perendaman induk gurami sebelum ditebar dikolam pemijahan.

kelangkaan stock telur

awal oktober dimana dimulai kelangkaan stock telur gurami, beberapa pelanggan yang biasa saya isi tiap minggunya terpaksa saya tunda pengirimannya sampai beberapa hari bahkan ada yang dibatalkan.
kejadian seperti ini rutin hampir tiap tahun, dimana stock telur gurami langka dan permintaan seperti biasa. kejadian seperti ini oleh beberapa teman-teman saya (bakul telur) dimanfaatkan sebagai lahan pencari keuntungan berlipat dengan membeli telur gurami langsung pada petani tanpa memperhatikan kelayakan telur siap panen atau belum dalam artian telur muda (1 hari) langsung di ambil dari sarang, padahal jelas sangat mempengaruhi daya hidup telur tersebut.
dipihak petani yang umumnya merupakan tamatan SD-SMP tidak mau tau akan hal tersebut. dilema yang sulit dihadapi oleh kami yang ingin merubah citra buruk yang sudah menempel secara turun temurun yaitu mengenai hitungan jumlah telur kurang, kualitas nol dan sebagainya...
tidak hanya bakul dan petani, kadang pembelipun harus introspeksi diri. beberapa pembeli berani membayar dengan harga mahal tanpa memperhatikan kualitas... padahal pembeli sudah tau akan hal tersebut. bisa berubahkah keadaan ini?saya mau merubahnya... anda petani, bakul, pendeder apa yang akan anda lakukan?

PERMASALAHAN BUDIDAYA TELUR GURAMI


Dalam kegiatan budidaya telur gurami sering dijumpai banyak kendala (permasalahan) yang membuat pendeder telur gurami mengalami kerugian, sehingga pendeder cenderung putus asa dan mencoba mengalihkan usaha budidaya pada usaha lainya. Terkadang atau bahkan sering permasalahan selalu terjadi pada pendeder baik itu skala besar atau pun kecil (dilihat dari dampak yang timbul). Pemerintah melalui para ahli perikanan sebenarnya sudah banyak memberikan solusi untuk setiap permasalahan budidaya, tapi ironisnya banyak diantara pendeder cenderung pesimis dengan alas an biaya yang relatif tinggi untuk pengadaan sarana dan prasarana untuk menanggulangi permasalahan budidaya.
Permasalahan yang menjadi momok pendeder telur gurami dan akan dibahas secara singkat adalah kematian massal dihari ke 7-14 dimana kuning telur (yolk) pada perut larva ikan gurami habis, kenapa bisa terjadi kematian massal?kualitas telur?kualitas air?disini saya coba sedikit share apa yang saya ketahui,
1. Usia 7-14 hari dimana larva gurami telah habis yolk, larva tidak mempunyai cadangan pakan lagi. Pendeder harus sudah menyiapkan pakan yang steril (pencucian pakan dengan pK) untuk pengganti yolk yang telah habis dan pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhan dengan intensitas 4 kali dalam sehari (intensif)
2. Lingkungan yang menunjang adalah dengan sinar matahari yang optimal, sebaiknya kolam/bak terkena sinar matahari secara langsung tanpa adanya penghalang kecuali musim penghujan (diperlukan plastic sebagai penutup).
3. Musim tanam yang berlangsung saat itu, gurami memiliki musim tanam yang kurang lebihnya sama dengan musim tanam padi. Musim tidak bias diatur oleh manusia tetapi bisa diciptakan penjagaan lingkungan, yaitu pemberian tutup plastic pada kolam atau bak (biasanya dilakukan pada musim hujan). Pemberian tutup pada kolam/bak juga bias digunakan sebagai pengatur suhu air.

kondisi petani di musim panen raya

panan adalah nilai tolak ukur suatu keberhasilan dalam budidaya ikan, baik pemijahan, pendederan atau pembesaran. petani (on-farm) dalam melakukan kegiatan budidaya mengharapkan hasil panen untuk menopang kehidupan keluarganya, jadi bisa dikatakan panen adalah ujung tombak terahir dalam kegiatan budidaya oleh petani on-farm, karna kegiatan pemasaran dilakukan oleh petani off-farm.
panen adakalanya sendiri-sendiri artinya antara satu petani dengan petani lain tidak mengalami masa panen yang sama, bisa jadi karna gagal panen oleh faktor alam (bencana alam), serangan hama dan lain sebagainya. saat itu sering dinamakan musim paceklik (memberi keuntungan pada sebagian petani yang bisa digolongkan keuntungan yang cukup besar, begitu pula pada petani off-farm (untung besar). sebaliknya ada masa petani mengalami panen secara bersama-sama sehingga produk ikan gurami melimpah, apa yang terjadi?pada masa panen raya jumlah barang ikan gurami melimpah sedangkan permintaan berkurang dan hasilnya... harga jual turun. dan itu merupakan momok bagi petani, namun tidak bagi petani off-farm yang tetap bisa menikmati dan bahkan bisa dibilang sangat menikmati pada musim ini (panen raya).
kondisi petani pada panen raya yang pada logikanya mendapatkan untung yang besar, namun tidak. kenapa?
sekiranya tulisan saya dapat dimengerti dan dipahami, hanya sebagai ungkapan hati seorang pelaku bisnis yang memposisikan diri sebagai petani on-farm dan off-farm sekaligus, dan sering mendengar keluh-kesah petani on-farm. keranya hanya seperti ini kurang lebihnya yang bisa saya jelaskan semoga berguna bagi pembaca.

Usia 5 Hari (TELUR GURAMIH part.II)





pada usia ini adalah usia tebar telur/larva gurami ke dalam media budidaya kolam (alami, permanen, dan semi permanen).